TIMES MANADO, MANADO – Aktivitas kegempaan di wilayah Sulawesi Utara dan sekitarnya mengalami peningkatan sepanjang Oktober 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sebanyak 287 kejadian gempa bumi tektonik terjadi dalam periode tersebut.

Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Winangun, Sulawesi Utara, Muhammad Zulkifli, mengatakan sebagian besar gempa memiliki magnitudo menengah.

“Sebagian besar atau 59 persen bermagnitudo antara M 3 sampai M 4,9,” ujar Zulkifli di Manado, Selasa.

Ia menjelaskan, sekitar 39 persen gempa tercatat memiliki magnitudo kurang dari M 3, sementara dua persen lainnya berkekuatan lebih dari M 5.
“Terdapat lima kejadian gempa yang dirasakan langsung masyarakat pada periode ini,” tambahnya.

Didominasi Gempa Dangkal

BMKG juga mencatat kedalaman gempa yang terjadi selama Oktober 2025 didominasi oleh gempa bumi dangkal.

Menurut Zulkifli, 56 persen gempa berkedalaman 0–60 kilometer, 42 persen berkedalaman 61–300 kilometer, dan 2 persen berkedalaman lebih dari 300 kilometer

Gempa dangkal kerap berpotensi menimbulkan guncangan lebih kuat di permukaan meskipun magnitudonya tidak terlalu besar.

Berdasarkan peta seismisitas BMKG, sebagian besar episenter gempa tercatat berada di: Teluk Tomini, Laut Maluku, dan Laut Sulawesi

“Daerah-daerah tersebut memang menjadi zona seismik aktif yang kerap mengalami pergerakan tektonik,” jelas Zulkifli.

Sulawesi Utara dikenal sebagai salah satu kawasan rawan gempa di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh posisinya yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu: Lempeng Laut Maluku, yang berada di perairan antara Sulawesi Utara dan Maluku Utara hingga Talaud. Lalu, Lempeng Laut Sulawesi, terletak di bagian utara Sulawesi. Dan, Lempeng Laut Filipina, yang memanjang dari timur laut Talaud hingga utara Halmahera. (*)