TIMES MANADO, MADINAH – Suasana haru dan syukur mendalam menyelimuti Ibu Yayah (49) saat langkah pertamanya menginjak Kota Nabi. Meski panas terik menyengat dengan mencapai 42 derajat Celcius, namun ia tetap tegar melepas segala beban saat sujud syukur di pelataran Bandara Amir Mohammad Bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.
"Dengan tulus hati saya ucapkan syukur kepada Allah karena memperkenankan saya sampai di sini," ucap Ibu Yayah dengan suara terbata-bata, sambil membiarkan air mata kebahagiaan mengalir, pada hari Senin (20/5/2024) lalu.
Ditemani oleh putrinya, Ibu Yayah membagikan kisah perjalanan panjangnya menuju Tanah Suci yang telah dinantikannya selama lebih dari 10 tahun.
Sejak terdaftar sebagai calon jemaah haji sejak tahun 2013, Ibu Yayah berharap untuk berangkat bersama suaminya. Sayangnya, takdir berkata lain sehingga sang suami berpulang lebih dulu, dan porsi berangkatannya digantikan oleh putrinya.
Sebagai seorang ibu rumah tangga, ia gigih menabung demi mewujudkan impian suci beribadah haji. Uang tabungan itu berasal dari hasil panen padi di sawah miliknya.
Berangkat bersama kelompok terbang (kloter) 18 embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS-18), Ibu Yayah merasakan campuran rasa bangga dan rindu akan suaminya.
"Dalam hati selalu terlintas kenangan dengan suami tercinta. Rindu pada Bapak sangatlah besar. Seharusnya kami berdua berangkat bersama, namun tiada daya karena takdir telah berkehendak lain. Saya hanya bisa berdoa semoga suami saya ditempatkan di tempat terbaik di sisi-Nya," ungkap Ibu Yayah sambil meneteskan air mata dengan lembut.
"Dengan segala kerendahan hati, saya merasa teramat syukur dapat menginjakkan kaki di bumi suci. Sambutan hangat dan penuh kasih dari petugas di sini sungguh membuat hati saya terharu," lanjutnya.
"Terima kasih atas segala kebaikan dan pelayanan yang luar biasa," ucap Ibu Yayah sambil memeluk petugas dengan penuh rasa terima kasih dan haru.
Kisah haru dan perjalanan spiritual Ibu Yayah menunjukkan ketulusan dan keikhlasan seorang ibu dalam meraih impian suci dan menjalani ujian hidup. Semoga langkahnya di Tanah Suci diberkahi dan kesempatan untuk beribadah haji menjadi momen yang mempererat hubungan batin dengan Sang Pencipta. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kisah Ibu Rumah Tangga Naik Haji, Bahagia Tiba di Tanah Suci
Pewarta | : Imadudin Muhammad |
Editor | : Imadudin Muhammad |